Khusus Para Istri Nggak Baca Rugi Kisah Mengharukan: Ketika Suamiku Mendua..Tolong Bagikan yaa..

Cahaya Tausiah - Saya tertegun waktu suamiku berucap bakal memperkenalkan istri barunya. Antara yakin dan tak yakin. Nyatanya suamiku sudah menikah lagi beberapa minggu yang lalu. Seorang madu telah suamiku hadirkan. Seorang wanita yang usianya lebih tua sedikit di atasku.




Jujur, awalannya saya terasa biasa. Taqdir sudah bicara. Tidak ada luka apalagi sakit. Perasaanku tidak berubah sedikitpun. Dengan cara kok beda banget dengan umumnya wanita, yang umumnya segera berlinang air mata. Saya cuma menginginkan begitu waspada menanggapi semuanya. Supaya tidaklah sampai terpeleset dalam ujian peka untuk wanita seshalih apa pun ia.

Tetapi perlahan-lahan namun tentu, ada suatu hal yang menyeruak dalam dadaku. Inikah rasa yang demikian susah untuk digambarkan dalam kata. Entahlah, yang saya tahu suami yang sangat saya cintai sudah membagi cinta dan segalanya.

Terkesima, untuk sebentar saya terkenang cerita istri-istri nabi saat sang rasul mendatangkan madu baru dalam biduk rumah tangga beliau. Yaitu Aisyah yang cemburu waktu Juwairiyah menjumpai sang kekasih serta lalu rasulullah nikahi. Juga waktu Aisyah cemburu saat selepas safar rasul membawa istri baru Shafiyah yang jelita. Juga cemburunya Hafsyah pada Mariatul Al-Qibtiyah yang cantik rupawan. Tetapi mereka tetaplah mengatakan selamat serta mengemukakan doa atas pernikahan suami, sang rasul pilihan.

Ya Robb, istri rasulullah saja cemburu saat ada madu baru, bagaimana mungkin saja saya tidak? Sesaat saya yaitu wanita yang sangat umum. Tidak seujung kuku dibanding istri nabi. Tetapi sampai detik ini, cemburuku memanglah bukan cemburu biasa. Terlebih pada seorang yang saya juga sekalipun tidak mengenalnya. Lantaran hingga sekarang ini, saya belum dapat cemburu dengan madu, siapa juga ia. Cuma bidadari yang benar-benar membuatku cemburu, makhluk langit yang bakal menghinaku saat saya marah dengan suami.

Mendadak semuanya memori mengenai poligami mereka yang umum sharing denganku berloncatan keluar. Aah, nyaris semuanya meneteskan airmata serta luka. Hampir semuanya rasakan kekecewaan yang mendalam pada sang suami. Tidak banyak yang ingin bertahan serta malah pilih jalan kesendirian dalam menyikapinya. Teringat juga saya dengan cerita istri Aa Gym yang lalu pernah minta cerai waktu sang Ustadz menikah lagi. Baru saya tahu, mungkin saja berikut rasa-rasanya. Sakit dan kemudian terasanya ada yang hilang.

Saya hampa dalam rasa. Entahlah, semuanya berlangsung demikian cepat serta mendadak. Poligami nyatanya miliki rasa yang sangat tidak sama dari segi mana posisiku ada. Sebagai yang terlebih dulu dinikahi atau yang lalu. Di awal-awal poligami, tidak ada sejarahnya apabila yg tidak sukai atau cemburu yaitu yang terkemudian dinikahi. Tidak lumrah jadi. Tentu yang terdahulu yang cemburu. Aisyah yang cemburu waktu rasul menikah dengan Shafiyah, bukanlah demikian sebaliknya.

Saat ini sesudah suamiku menikah lagi, ini jadi ujianku. Terngiang kembali bayangan waktu saya isi satu kajian. Saat saya menceritakan mengenai pemuda miskin, yang atas perintah rasul diminta menikah. Menikah buka pintu rejeki, demikian sabda beliau. Jadi menikahlah sang pemuda, tetapi bukannya jadi kaya namun malah lebih miskin. Lantas datanglah sang pemuda menghadap rasul untuk minta jalan keluar. Rasul juga menyuruh untuk menikah lagi. Walau bingung, sang pemuda tetaplah mematuhi perintah nabi junjungan. Tetapi kemudian, kemiskinan sang pemuda makin bertambah. Menghadap lagi ia pada baginda rasul. Serta lagi-lagi rasul menyuruh sang pemuda menikah lagi. Waktu kemiskinan makin membelit dengan tiga orang istri, sang pemuda komplain pada nabinya. Lagi-lagi rasul berikan jalan keluar untuk menikah lagi, sampai genaplah istrinya empat orang, penuhi quota optimal yang didapatkan. Kemudian pergantian besar berlangsung, istri ke empat nyatanya mempunyai pengetahuan keterampilan baru yang dapat ditularkan ke semuanya istri. Jadilah si pemuda orang kaya yang berhasil melakukan bisnis serta berpoligami.

Ya Allah, Sebenarnya bibir ini pernah berucap ridha serta terima poligami sebagai syariat-Mu. Tetapi mendadak semuanya lupa, seakan tidak pernah ada. Sebenarnya pelajaran mengenai poligami sudah demikian nyata dihadapan mata. Mengenai teman dekat, saudara yang juga hidup berpoligami. Serta mereka yang pilih jalan itu baik-baik saja, sepanjang berdasar pada ketentuan-Nya, tidak ada permasalahan yang tidak dapat untuk dikerjakan. Tetapi goresan luka, sudah melepas sendi kesadaran waktu berdasar. Duhai hati, kemana engkau membalik? Kemana jiwa yang tenang pergi?

Malam itu, saya terlelap dengan tanpa ada sadar berucap semua dzikir serta doa. Tak tahu apa sajakah yang saya katakan. Saya hanya menginginkan selamat dari pusaran rasa yang tidak kunjung bertepi. Menginginkan rasa-rasanya menangis, namun tetap tidak dapat. Walau sebenarnya airmata lah yang umum melapangkan hati, bersihkan fikiran serta penyakit kotor.

Esoknya…

Saya betul-betul kecewa dengan suamiku. Bisikan setan mulai menyelusup di telingaku. Betul-betul kacau. Tidak bisa saya biarlah. Namun sebal serta dongkol jadi mulai bermunculan serta tidak ingin pergi, rasa-rasanya masihlah demikian susah untuk sharing suami dengan pendatang baru.

Ini yang pada akhirnya membuatku sangat geregetan. Di satu segi saya dongkol dengan suami, namun di segi lain saya tidak ingin diejek, sama bidadari juga. Oh my God, masa’ hamba tega dengan seseorang imam yang sangat saya kasihi? Seseorang suami yang hadirnya juga begitu saya rindukan, waktu giliranku tiba. Seseorang pria yang sudah jadi bapak anak-anakku. Duuh, hingga kapan ikhlas ada, menyingkirkan dongkol mikio. Sakitnya tuh disini, di dalam hatiku (nah loh jadi latah ikut-ikutan lagu yang sehari-hari terdengar di telingaku waktu di jalanan). Sakit saat mesti sebal dengan suami belahan jiwa. Waktu dua rasa beraduk jadi satu pada tidak suka serta cinta. Badanku jadi ikutan sakit, lemes serta jadi lemah.

Ya Robb, begini sangat rasanya waktu idola hati mempunyai istri lagi. Kemana menguapnya kajian pengetahuan yang kerap saya ikuti. Yang diantaranya juga mengenai poligami. Kemana menjauhnya kalimat-kalimat nasehat, waktu sebagian orang sahabatku terluka merasakan suaminya sudah poligami. Kemana? Saya cuma menginginkan segundah apa pun hatiku, semuanya masih tetap dalam rel-Nya. Sungguh saya tidak lagi dapat memikirkan apa-apa, saya cuma menginginkan memercayakan-Mu saja untuk merampungkan kebimbangan hati. Hatiku juga cuma Engkau yang mempunyai serta berkuasa membolak-balikkan ke arah yang mungkin saja tidak terduga.
Dalam doa di sepertiga malam saya cuma dapat pasrah. Apa pun itu semua yang sudah berlangsung yaitu yang paling baik serta atas seizin Allah. Semuanya momen tentu ada hikmahnya. Demikian pula dalam pernikahanku. Perkataan lembut serta mesra suamiku juga masihlah menghujani hatiku. Tidak ada yang beralih. Mulai sejak menikah lagi, suamiku juga tetap masih romantis. Tidak ada yang beralih dengan cinta serta rindunya untukku. Kestabilan politik diantara kami masihlah juga terbangun. Lantas kenapa saya harus dongkol? Tidak ada argumen.

Bila memanglah cinta, semestinya kebahagiaan suamiku yaitu yang paling utama. Bila mempunyai banyak istri bakal membawa kebaikan untuk suami, ketenangan serta kebahagiaan, dan semakin dapat menjaganya dari fitnah wanita, mengapa mesti saya permasalahkan? Kasihannya suamiku, saat dalam safarnya mesti kerap berjumpa wanita-wanita cantik nan seksi menakjubkan. Wanita yang memanglah Allah buat penuh keindahan, bertebaran di jalanan tanpa ada tutup aurat serta menggoda iman pria. Wanita-wanita yang sebagai sesama wanita saya juga terkadang mengaku kecantikan serta keindahannya yang mengagumkan.

Bila telah seperti ini saat iya saya masihlah tidak tahu. Lagipula kuota suami untuk memberi istri lagi memanglah masihlah ada. Siapalah saya, Aisyah yang sangat rasul sayangi juga miliki madu. Madu-madu shalihah yang dinikahi rasul sesudah beliau ada delapan orang.

Tidakkah madu juga hadiah terindah? Allah menjanjikan syurga untuk istri yang ridha suaminya menikah lagi. Madu shalihah dapat juga jadi teman dekat serta saudara seiman. Miliki ikatan serta maksud yang sama, untuk membahagiakan pria yang keduanya sama di cintai. Astaghfirullah, kenapa saya harus larut dalam lautan rasa yang demikian luasnya? Kenapa harus dipengaruhi dengan beberapa besar wanita yang memanglah alergi dengan poligami?

Wuih, saya dapat tidur tenang sesudah ini. Suami hanya manusia umum yang penuh kekurangan, kekurangan serta terbatasnya. Hanya titipan yang setiap saat dapat Allah ambillah kembali. Egepe saja daah. Sepertiga malam telah menungguku. Disana saya dapat menyampaikan semua isi hati. Dapat menangis saat teringat semua dosa. Dapat kuadukan pula suamiku pada Rabbnya.

Sebelumnya tidur, saya menelpon maduku. Komunikasi keduaku, sebelumnya setelah sama-sama menelpon untuk sedikit berteman. Saya tak tau apa-apa mengenainya terkecuali satu nama panggilan serta status sebelumnya menikah dengan suamiku. My lovely handsome husband juga tidak narasi apapun mengenainya. Nyatanya, sesuai sama usianya yang di atasku sedikit ia wanita yang memanglah dewasa serta InsyaAllah shalihah. Sekurang-kurangnya dari sebagian pertanyaan yang saya kemukakan, saya temui jawaban yang melegakan. Style bicaranya sama persis dengan sahabatku yang sudah lama tidak jumpa. Menggugah kerinduanku pada suatu saat saat kuliah dahulu.

Walau sekalipun tidak mengenalnya, kenalan juga cuma melalui udara, saya terasa ada kecocokan dengannya. Terasa dekat seperti bicara dengan seseorang kakak. Rasa-rasanya saya juga mulai menyayanginya. What? Entahlah. Tidak tahu juga mengapa. Kok tidak sama kali ya dengan narasi pengalaman rekan-rekan yang pada “panas” waktu komunikasi pertama dengan sang madu lewat telpon. Terlebih komunikasi setelah itu, bila tidak diam penuh ke sinisan ya sewot-sewotan.

Esoknya lagi…..

Di sepertiga malam pas jam 3 pagi saya terbangun. Tidur yang dalam waktu relatif cepat telah menyegarkanku. Sesudah berwudhu, saya bergegas tahajud. Benar juga, waktu ingat mati, semua dosa serta kedzaliman yang pernah saya kerjakan, air mataku tidak terbendung lagi. Saya jadi lupa bila ingin mengadu badai hati saat suami membagi cintanya.

Subhanallah, mendadak hatiku merasa mudah. Nyaman, serta saya terasa umum lagi, tidak kepikiran lagi dengan pernikahan suami. Kok dapat? Mene ketehe… hehehe… Hatiku plong. Wuih, saya dapat membagi pengalaman diberi madu tuk rekan-rekan. Tidak sesulit serta sepahit yang mereka sangka. Terlebih waktu kita meyakini, ada kemampuan Allah yang Maha dibalik tiap-tiap ujian hamba. Nyatanya saya tidak kalah sama beberapa istrinya eyang subur. Yess!

Selepas subuh, saya baca Alquran. Kitab suci yang sejak dari kecil begitu menenangkanku waktu saya baca. Apapun permasalahan yang saya hadapi, sesudah membaca Alquran hatiku jadi tenang. Terkadang segera waktu itu juga, terkadang sebagian waktu lalu.

Mendadak, mendadak ada angin fresh menerpaku. Ada debaran aneh menyelimuti di dadaku. Saya teringat suami serta semuanya mengenainya. Tatapan matanya yang menggetarkan, ucapannya yang jadi teduh, candaannya yang kerap membuatku terpingkal, keromantisannya yang senantiasa menghadirkan debaran, dekapannya yang menyejukkan serta semuamua mengenai suamiku. Memoriku berputar tidak teratasi. Semuanya saat waktu berbarengan suami merasa demikian indah. Oh my God, saya jadi sangat merindukannya. Jiwaku melayang dengan semua rasa yang berloncatan, membuncah tidak karuan. Saya baru seperti mengetahui suamiku, saat cinta menggoda di pandangan pertama. Help me… rasa ini makin tidak dapat saya kuasai. Saya terasa seperti orang yang tengah jatuh cinta. Seperti awal-awal dahulu waktu berjumpa suami. Cuma ada rindu serta cinta yang menggelora. Melayang-melayang terbang tinggi rasaku dibuatnya. (akhwatmuslimahindonesia_muslimahcorner)

0 Response to "Khusus Para Istri Nggak Baca Rugi Kisah Mengharukan: Ketika Suamiku Mendua..Tolong Bagikan yaa.."

Posting Komentar