NANGIS BACANYA !! PENYESALAN MENDALAM CINTA SUAMI YANG TUMBUH SAAT ISTRINYA TELAH TIADA !!!


Kehidupan pernikahan kami awalannya baik2 saja menurutku. Walau mendekati pernikahan senantiasa berlangsung perseteruan, namun sesudah menikah Mario terlihat baik serta lebih menuruti apa mauku. Kami tak pernah berkelahi hebat, bila geram dia condong diam serta pergi ke kantornya bekerja hingga subuh, baru pulang ke tempat tinggal, mandi, lalu mengantar anak kami sekolah. Tidurnya amat sedikit, makannya juga sedikit. Saya fikir dia workaholic.
Dia menciumku optimal 2x satu hari, pagi mendekati kerja, serta waktu dia pulang kerja, itu juga bila saya masihlah bangun. Lantaran saat ta’aruf dahulu dia memanglah terlihat tak romantis, serta tak membutuhkan hal2 seperti itu sebagai ungkapan sayang.

Kami tidak sering bercakap hingga malam, kami tidak sering pergi nonton berdua, bahkan juga makan berdua di luar juga nyaris tak pernah. Bila kami makan di meja makan berdua, kami asik sendiri dengan sendok garpu kami, bukanlah percakapan yang terdengar, cuma denting piring yang beradu dengan sendok garpu.
Bila hari libur, dia seringkali cuma tiduran di kamar, atau main dengan anak2 kami, dia tidak sering sekali tertawa terlepas. Lantaran dia begitu pendiam, saya menganggap dia memanglah tak sukai tertawa terlepas. Saya menduga rumah tangga kami baik2 saja sepanjang 8 th. pernikahan kami. Hingga satu saat, di satu hari yang terik, waktu itu suamiku tergolek sakit dirumah sakit, lantaran tidak sering makan, serta kerap jajan di kantornya, di banding makan dirumah, dia terkena typhoid, serta mesti dirawat di RS, lantaran hingga berlangsung perforasi di ususnya.

Ketika dia masihlah di ICU, seseorang wanita datang menjenguknya. Dia mengenalkan diri, bernama meisha, rekannya Mario waktu dahulu kuliah. Meisha tak secantik saya, dia demikian simpel, namun saya tak pernah lihat mata yang demikian cantik seperti yang dia punyai. Matanya bercahaya indah, penuh kehangatan serta penuh cinta, saat dia bicara, seakan2 saat berhenti berputar serta terpana dengan kalimat2nya yang enteng serta penuh pesona. Tiap-tiap orang, laki2 ataupun wanita bahkan juga mungkin saja serangga yang melalui, bakal jatuh cinta demikian mendengar dia menceritakan.

Meisha tak pernah kenal dekat dengan Mario sepanjang mereka kuliah dahulu, Meisha menceritakan Mario begitu pendiam, hingga tidak sering miliki rekan yang akrab. 5 bln. lantas mereka berjumpa, lantaran ada pekerjaan kantor mereka yang mempertemukan mereka. Meisha yang bekerja di advertising pada akhirnya berjumpa dengan Mario yang tengah bikin iklan untuk perusahaan tempatnya bekerja.

Saya mulai mengingat 2-5 bln. lantas ada pergantian yang cukup mencolok pada Mario, tiap-tiap ingin pergi kerja, dia tersenyum manis padaku, serta dalam satu hari dapat menciumku kian lebih 3x. Dia membelikan saya minyak wangi baru, serta mulai kerap tertawa terlepas. Namun di waktu lain, dia kerap termenung di depan komputernya. Atau termenung memegang Ponsel-nya. Bila saya bertanya, dia katakan, ada pekerjaan yang membingungkan.
Satu waktu Meisha pernah datang ketika Mario sakit serta masihlah dirawat di RS. Saya tengah memegang sepiring nasi beserta lauknya dengan muka jengkel, lantaran Mario tak juga ingin saya suapi. Meisha masuk dalam ruang kami, serta menegur dengan nada riangnya,

“Hai Rima, mengapa dengan anak sulungmu (Mario) yang nomer satu ini? tidak ingin makan juga? uhh… basic anak nakal, sini piringnya”, canda meisha pada mario lantas dia selalu mengajak Mario menceritakan sembari menyuapi Mario, tiba2 saja sepiring nasi itu telah habis ditangannya. Dan… saya tak pernah lihat tatapan penuh cinta yang terpancar dari mata suamiku, seperti siang itu, tak pernah seumur hidupku yang saya lewati bersamanya, tak pernah sedetikpun!
Hatiku merasa sakit, lebih sakit dari saat dia membalikkan badannya membelakangi saya waktu saya memeluknya serta mengharapkan dia mencumbuku. Lebih sakit dari rasa sakit sesudah operasi caesar saat saya melahirkan anaknya.

 Lebih sakit dari rasa sakit, saat dia tidak ingin mengonsumsi masakan yang aku bikin dengan sulit payah. Lebih sakit dari pada sakit saat dia tak pulang ke tempat tinggal waktu lagi th. perkawinan kami tempo hari. Lebih sakit dari rasa sakit saat dia lebih sukai mencumbu komputernya di banding saya.
Namun saya tak pernah dapat geram tiap-tiap lihat wanita itu. Meisha demikian manis, dia dapat ada tiba2, membawakan donat buat anak2, serta membawakan ekrol kesukaanku. Dia mengajakku jalan2, terkadang mengajakku nonton. kali lain, dia datang berbarengan suami serta ke-2 anaknya yang lucu2.
Saya tak pernah ajukan pertanyaan, apakah suamiku menyukai wanita berhati bidadari itu? lantaran tanpa ada ajukan pertanyaan juga saya sudah mengetahui, apa yang bergejolak dihatinya.

Satu sore, mendung demikian menyelimuti jakarta, saya tak pernah menganggap, hatiku juga bakal mendung, bahkan juga gerimis lalu. Anak sulungku, seseorang anak wanita cantik berumur 7 th., rambutnya keriting ikal serta cerdasnya sama dengan ayahnya. Dia sukses buka password e-mail Papanya, serta memanggilku, “Mama, ingin saksikan surat ayah buat tante Meisha? ”

Saya tertegun memandangnya, serta membaca surat elektronik itu,
Dear Meisha,

Kehadiranmu seperti beribu bintang gemerlap yang isi semua relung hatiku, saya tak pernah rasakan jatuh cinta seperti ini, bahkan juga pada Rima. Saya menyukai Rima lantaran keadaan yang mengharuskan saya mencintainya, lantaran dia ibu dari anak2ku. Saat saya menikahinya, saya tetaplah tidak paham apakah saya sungguh2 mencintainya.
Tak ada perasaan bergetar seperti saat saya memandangmu, tak ada perasaan rindu yg tidak pernah padam saat saya tak menjumpainya. Saya cuma tidak mau menyakiti perasaannya.

Saat perseteruan2 berlangsung waktu kami ta’aruf dahulu, saya sesungguhnya kecewa, namun saya tak mampu menyampaikan kepadanya kalau dia tidaklah wanita yang saya mencari untuk isi kekosongan hatiku. Hatiku tetaplah merasa hampa, walau saya menikahinya. Saya tidak paham, bagaimana langkahnya menumbuhkan cinta untuk dia, seperti saat cinta untukmu tumbuh dengan cara alami, seperti pohon2 beringin yang tumbuh kokoh tanpa ada pernah memperoleh siraman dari pemiliknya. Seperti pohon-pohon di hutan2 belantara yg tidak pernah minta disirami, tetapi tumbuh dengan lebat dengan cara alami. Itu yang saya rasakan.

Saya akan tidak pernah dapat memilikimu, lantaran kau telah jadi punya orang lain serta saya yaitu laki2 yang begitu memegang prinsip pernikahan kami. Walau hatiku merasa hampa, itu tidaklah kenapa, asal saya dapat lihat Rima bahagia serta tertawa, dia dapat memperoleh semua yang dia kehendaki sepanjang saya dapat. Dia bisa memperoleh semua hartaku serta badanku, namun tak jiwaku serta cintaku, yang cuma saya berikanlah untukmu. Walau ada tembok yang menghambat kita, saya cuma mengharapkan kalau engkau tahu, you are the only one in my heart.
yours,
Mario

Mataku merasa panas. Jelita, anak sulungku memelukku erat. Walau baru berumur 7 th., dia yaitu malaikat jelitaku yang begitu tahu serta menyayangiku.
Suamiku tak pernah mencintaiku. Dia tak pernah bahagia bersamaku. Dia menyukai wanita lain. Saya menghimpun kekuatanku. Mulai sejak itu, saya menulis surat nyaris sehari-hari untuk suamiku. Surat itu saya taruh di amplop, serta saya tempatkan di almari bajuku, tak pernah saya berikanlah untuk dia.
Mobil yang dia berikanlah untukku saya kembalikan kepadanya. Saya menghimpun tabunganku yang kusimpan dari sisa2 duit berbelanja, lantas saya belikan motor untuk mengantar serta menjemput anak2ku. Mario terasa heran, lantaran saya tak pernah lagi bermanja serta minta dibelikan bermacam2 merk tas serta pakaian.

Saya terpuruk dalam kehancuranku. Saya dahulu memohonnya menikahiku lantaran saya malu sangat lama ta’aruf, sedang rekan2ku telah menikah semuanya. Nyatanya dia memanglah tak pernah inginkan saya jadi istrinya.
Bagaimana tidak berharganya saya. Bukankah dia paham, kalau saya juga seseorang wanita yang memiliki hak memperoleh kasih sayang dari suaminya? Mengapa dia tak menyampaikan saja, kalau dia tak menyukai saya serta tak inginkan saya? itu lebih saya hargai dari pada dia hanya diam serta mengangguk serta melamarku lantas menikahiku. Begitu malangnya nasibku.

Mario terus-terusan sakit2an, serta saya tetaplah merawatnya dengan setia. Biarkanlah dia menyukai wanita itu selalu didalam hatinya. Dengan pura2 tidak paham, saya telah membuatnya bahagia dengan menyukai wanita itu. Kebahagiaan Mario yaitu kebahagiaanku juga, lantaran saya bakal senantiasa mencintainya.

Satu tahun kemudian…
Meisha buka amplop surat2 itu dengan air mata berlinang. Tanah pemakaman itu masihlah basah merah serta masihlah dipenuhi bunga.
Mario, suamiku…
Saya tak pernah menganggap pertemuan kita waktu saya pertama kalinya bekerja di kantormu, bakal membawaku pada cinta sejatiku. Saya demikian kagum kepadamu yang pendiam serta terlihat dingin. Begitu sukanya saya saat saya tak bertepuk samping tangan. Saya mencintaimu, serta demikian posesif menginginkan memilikimu sepenuhnya. Saya kerap geram, saat anda asik bekerja, serta tak memperdulikan saya. Saya terasa diatas angin, saat anda cuma diam serta menuruti hasratku… Saya fikir, saya si puteri cantik yang dikehendaki banyak pria, sudah penuhi ruangan hatimu serta anda sangat mencintaiku hingga ingin lakukan apa sajakah untukku…..
Nyatanya saya salah…. saya menyadarinya pas satu hari sesudah pernikahan kita. Saat saya membanting hadiah arloji dari seseorang rekan kantor dahulu yang saya tahu sesungguhnya suka pada Mario.
Saya lihat matamu demikian terluka, saat berkata, “kenapa, Rima? Mengapa anda harus cemburu? dia telah menikah, serta saya telah memilihmu jadi istriku? ” Saya tak peduli, serta berlalu dari hadapanmu dengan sombongnya.
Saat ini saya menyesal, memohonmu melamarku. Engkau tak pernah bahagia bersamaku. Saya yaitu hal terburuk dalam kehidupan cintamu. Saya tidaklah wanita yang prima yang engkau kehendaki.
Istrimu, Rima
Di surat yang lain,Kehadiranmu seperti beribu bintang gemerlap yang isi semua relung hatiku, saya tak pernah rasakan jatuh cinta seperti ini, bahkan juga pada Rima. Saya menyukai Rima lantaran keadaan yang mengharuskan saya mencintainya, lantaran dia ibu dari anak2ku. Saat saya menikahinya, saya tetaplah tidak paham apakah saya sungguh2 mencintainya.
Tak ada perasaan bergetar seperti saat saya memandangmu, tak ada perasaan rindu yg tidak pernah padam saat saya tak menjumpainya. Saya cuma tidak mau menyakiti perasaannya.

Saat perseteruan2 berlangsung waktu kami ta’aruf dahulu, saya sesungguhnya kecewa, namun saya tak mampu menyampaikan kepadanya kalau dia tidaklah wanita yang saya mencari untuk isi kekosongan hatiku. Hatiku tetaplah merasa hampa, walau saya menikahinya. Saya tidak paham, bagaimana langkahnya menumbuhkan cinta untuk dia, seperti saat cinta untukmu tumbuh dengan cara alami, seperti pohon2 beringin yang tumbuh kokoh tanpa ada pernah


memperoleh siraman dari pemiliknya. Seperti pohon-pohon di hutan2 belantara yg tidak pernah minta disirami, tetapi tumbuh dengan lebat dengan cara alami. Itu yang saya rasakan.

Saya akan tidak pernah dapat memilikimu, lantaran kau telah jadi punya orang lain serta saya yaitu laki2 yang begitu memegang prinsip pernikahan kami. Walau hatiku merasa hampa, itu tidaklah kenapa, asal saya dapat lihat Rima bahagia serta tertawa, dia dapat memperoleh semua yang dia kehendaki sepanjang saya dapat. Dia bisa memperoleh semua hartaku serta badanku, namun tak jiwaku serta cintaku, yang cuma saya berikanlah untukmu. Walau ada tembok yang menghambat kita, saya cuma mengharapkan kalau engkau tahu, you are the only one in my heart.
yours,
Mario

Mataku merasa panas. Jelita, anak sulungku memelukku erat. Walau baru berumur 7 th., dia yaitu malaikat jelitaku yang begitu tahu serta menyayangiku.
Suamiku tak pernah mencintaiku. Dia tak pernah bahagia bersamaku. Dia menyukai wanita lain. Saya menghimpun kekuatanku. Mulai sejak itu, saya menulis surat nyaris sehari-hari untuk suamiku. Surat itu saya taruh di amplop, serta saya tempatkan di almari bajuku, tak pernah saya berikanlah untuk dia.
Mobil yang dia berikanlah untukku saya kembalikan kepadanya. Saya menghimpun tabunganku yang kusimpan dari sisa2 duit berbelanja, lantas saya belikan motor untuk mengantar serta menjemput anak2ku. Mario terasa heran, lantaran saya tak pernah lagi bermanja serta minta dibelikan bermacam2 merk tas serta pakaian.

Saya terpuruk dalam kehancuranku. Saya dahulu memohonnya menikahiku lantaran saya malu sangat lama ta’aruf, sedang rekan2ku telah menikah semuanya. Nyatanya dia memanglah tak pernah inginkan saya jadi istrinya.
Bagaimana tidak berharganya saya. Bukankah dia paham, kalau saya juga seseorang wanita yang memiliki hak memperoleh kasih sayang dari suaminya? Mengapa dia tak menyampaikan saja, kalau dia tak menyukai saya serta tak inginkan saya? itu lebih saya hargai dari pada dia hanya diam serta mengangguk serta melamarku lantas menikahiku. Begitu malangnya nasibku.

Mario terus-terusan sakit2an, serta saya tetaplah merawatnya dengan setia. Biarkanlah dia menyukai wanita itu selalu didalam hatinya. Dengan pura2 tidak paham, saya telah membuatnya bahagia dengan menyukai wanita itu. Kebahagiaan Mario yaitu kebahagiaanku juga, lantaran saya bakal senantiasa mencintainya.

Satu tahun kemudian…
Meisha buka amplop surat2 itu dengan air mata berlinang. Tanah pemakaman itu masihlah basah merah serta masihlah dipenuhi bunga.
Mario, suamiku…
Saya tak pernah menganggap pertemuan kita waktu saya pertama kalinya bekerja di kantormu, bakal membawaku pada cinta sejatiku. Saya demikian kagum kepadamu yang pendiam serta terlihat dingin. Begitu sukanya saya saat saya tak bertepuk samping tangan. Saya mencintaimu, serta demikian posesif menginginkan memilikimu sepenuhnya. Saya kerap geram, saat anda asik bekerja, serta tak memperdulikan saya. Saya terasa diatas angin, saat anda cuma diam serta menuruti hasratku… Saya fikir, saya si puteri cantik yang dikehendaki banyak pria, sudah penuhi ruangan hatimu serta anda sangat mencintaiku hingga ingin lakukan apa sajakah untukku…..
Nyatanya saya salah…. saya menyadarinya pas satu hari sesudah pernikahan kita. Saat saya membanting hadiah arloji dari seseorang rekan kantor dahulu yang saya tahu sesungguhnya suka pada Mario.
Saya lihat matamu demikian terluka, saat berkata, “kenapa, Rima? Mengapa anda harus cemburu? dia telah menikah, serta saya telah memilihmu jadi istriku? ” Saya tak peduli, serta berlalu dari hadapanmu dengan sombongnya.
Saat ini saya


menyesal, memohonmu melamarku. Engkau tak pernah bahagia bersamaku. Saya yaitu hal terburuk dalam kehidupan cintamu. Saya tidaklah wanita yang prima yang engkau kehendaki.
Istrimu, Rima
Di surat yang lain,Kehadiranmu seperti beribu bintang gemerlap yang isi semua relung hatiku, saya tak pernah rasakan jatuh cinta seperti ini, bahkan juga pada Rima. Saya menyukai Rima lantaran keadaan yang mengharuskan saya mencintainya, lantaran dia ibu dari anak2ku. Saat saya menikahinya, saya tetaplah tidak paham apakah saya sungguh2 mencintainya.
Tak ada perasaan bergetar seperti saat saya memandangmu, tak ada perasaan rindu yg tidak pernah padam saat saya tak menjumpainya. Saya cuma tidak mau menyakiti perasaannya.

Saat perseteruan2 berlangsung waktu kami ta’aruf dahulu, saya sesungguhnya kecewa, namun saya tak mampu menyampaikan kepadanya kalau dia tidaklah wanita yang saya mencari untuk isi kekosongan hatiku. Hatiku tetaplah merasa hampa, walau saya menikahinya. Saya tidak paham, bagaimana langkahnya menumbuhkan cinta untuk dia, seperti saat cinta untukmu tumbuh dengan cara alami, seperti pohon2 beringin yang tumbuh kokoh tanpa ada pernah memperoleh siraman dari pemiliknya. Seperti pohon-pohon di hutan2 belantara yg tidak pernah minta disirami, tetapi tumbuh dengan lebat dengan cara alami. Itu yang saya rasakan.

Saya akan tidak pernah dapat memilikimu, lantaran kau telah jadi punya orang lain serta saya yaitu laki2 yang begitu memegang prinsip pernikahan kami. Walau hatiku merasa hampa, itu tidaklah kenapa, asal saya dapat lihat Rima bahagia serta tertawa, dia dapat memperoleh semua yang dia kehendaki sepanjang saya dapat. Dia bisa memperoleh semua hartaku serta badanku, namun tak jiwaku serta cintaku, yang cuma saya berikanlah untukmu. Walau ada tembok yang menghambat kita, saya cuma mengharapkan kalau engkau tahu, you are the only one in my heart.
yours,
Mario

Mataku merasa panas. Jelita, anak sulungku memelukku erat. Walau baru berumur 7 th., dia yaitu malaikat jelitaku yang begitu tahu serta menyayangiku.
Suamiku tak pernah mencintaiku. Dia tak pernah bahagia bersamaku. Dia menyukai wanita lain. Saya menghimpun kekuatanku. Mulai sejak itu, saya menulis surat nyaris sehari-hari untuk suamiku. Surat itu saya taruh di amplop, serta saya tempatkan di almari bajuku, tak pernah saya berikanlah untuk dia.
Mobil yang dia berikanlah untukku saya kembalikan kepadanya. Saya menghimpun tabunganku yang kusimpan dari sisa2 duit berbelanja, lantas saya belikan motor untuk mengantar serta menjemput anak2ku. Mario terasa heran, lantaran saya tak pernah lagi bermanja serta minta dibelikan bermacam2 merk tas serta pakaian.

Saya terpuruk dalam kehancuranku. Saya dahulu memohonnya menikahiku lantaran saya malu sangat lama ta’aruf, sedang rekan2ku telah menikah semuanya. Nyatanya dia memanglah tak pernah inginkan saya jadi istrinya.
Bagaimana tidak berharganya saya. Bukankah dia paham, kalau saya juga seseorang wanita yang memiliki hak memperoleh kasih sayang dari suaminya? Mengapa dia tak menyampaikan saja, kalau dia tak menyukai saya serta tak inginkan saya? itu lebih saya hargai dari pada dia hanya diam serta mengangguk serta melamarku lantas menikahiku. Begitu malangnya nasibku.

Mario terus-terusan sakit2an, serta saya tetaplah merawatnya dengan setia. Biarkanlah dia menyukai wanita itu selalu didalam hatinya. Dengan pura2 tidak paham, saya telah membuatnya bahagia dengan menyukai wanita itu. Kebahagiaan Mario yaitu kebahagiaanku juga, lantaran saya bakal senantiasa mencintainya.

Satu tahun kemudian…
Meisha buka amplop surat2 itu dengan air mata berlinang. Tanah pemakaman itu masihlah basah merah serta masihlah dipenuhi bunga.
Mario, suamiku…
Saya tak pernah menganggap pertemuan kita waktu saya pertama kalinya bekerja di kantormu, bakal membawaku pada cinta sejatiku. Saya demikian kagum kepadamu yang pendiam serta terlihat dingin. Begitu sukanya saya saat saya tak bertepuk samping tangan. Saya mencintaimu, serta demikian posesif menginginkan memilikimu sepenuhnya. Saya kerap geram, saat anda asik bekerja, serta tak memperdulikan saya. Saya terasa diatas angin, saat anda cuma diam serta menuruti hasratku… Saya fikir, saya si puteri cantik yang dikehendaki banyak pria, sudah penuhi ruangan hatimu serta anda sangat mencintaiku hingga ingin lakukan apa sajakah untukku…..
Nyatanya saya salah…. saya menyadarinya pas satu hari sesudah pernikahan kita. Saat saya membanting hadiah arloji dari seseorang rekan kantor dahulu yang saya tahu sesungguhnya suka pada Mario.

Saya lihat matamu demikian terluka, saat berkata, “kenapa, Rima? Mengapa anda harus cemburu? dia telah menikah, serta saya telah memilihmu jadi istriku? ” Saya tak peduli, serta berlalu dari hadapanmu dengan sombongnya.
Saat ini saya menyesal, memohonmu melamarku. Engkau tak pernah bahagia bersamaku. Saya yaitu hal terburuk dalam kehidupan cintamu. Saya tidaklah wanita yang prima yang engkau kehendaki.
Istrimu, Rima
Di surat yang lain,Kehadiranmu seperti beribu bintang gemerlap yang isi semua relung hatiku, saya tak pernah rasakan jatuh cinta seperti ini, bahkan juga pada Rima. Saya menyukai Rima lantaran keadaan yang mengharuskan saya mencintainya, lantaran dia ibu dari anak2ku. Saat saya menikahinya, saya tetaplah tidak paham apakah saya sungguh2 mencintainya.
Tak ada perasaan bergetar seperti saat saya memandangmu, tak ada perasaan rindu yg tidak pernah padam saat saya tak menjumpainya. Saya cuma tidak mau menyakiti perasaannya.

Saat perseteruan2 berlangsung waktu kami ta’aruf dahulu, saya sesungguhnya kecewa, namun saya tak mampu menyampaikan kepadanya kalau dia tidaklah wanita yang saya mencari untuk isi kekosongan hatiku. Hatiku tetaplah merasa hampa, walau saya menikahinya. Saya tidak paham, bagaimana langkahnya menumbuhkan cinta untuk dia, seperti saat cinta untukmu tumbuh dengan cara alami, seperti pohon2 beringin yang tumbuh kokoh tanpa ada pernah memperoleh siraman dari pemiliknya. Seperti pohon-pohon di hutan2 belantara yg tidak pernah minta disirami, tetapi tumbuh dengan lebat dengan cara alami. Itu yang saya rasakan.

Saya akan tidak pernah dapat memilikimu, lantaran kau telah jadi punya orang lain serta saya yaitu laki2 yang begitu memegang prinsip pernikahan kami. Walau hatiku merasa hampa, itu tidaklah kenapa, asal saya dapat lihat Rima bahagia serta tertawa, dia dapat memperoleh semua yang dia kehendaki sepanjang saya dapat. Dia bisa memperoleh semua hartaku serta badanku, namun tak jiwaku serta cintaku, yang cuma saya berikanlah untukmu. Walau ada tembok yang menghambat kita, saya cuma mengharapkan kalau engkau tahu, you are the only one in my heart.
yours,
Mario

Mataku merasa panas. Jelita, anak sulungku memelukku erat. Walau baru berumur 7 th., dia yaitu malaikat jelitaku yang begitu tahu serta menyayangiku.
Suamiku tak pernah mencintaiku. Dia tak pernah bahagia bersamaku. Dia menyukai wanita lain. Saya menghimpun kekuatanku. Mulai sejak itu, saya menulis surat nyaris sehari-hari untuk suamiku. Surat itu saya taruh di amplop, serta saya tempatkan di almari bajuku, tak pernah saya berikanlah untuk dia.
Mobil yang dia berikanlah untukku saya kembalikan kepadanya. Saya menghimpun tabunganku yang kusimpan dari sisa2 duit berbelanja, lantas saya belikan motor untuk mengantar serta menjemput anak2ku. Mario terasa heran, lantaran saya tak pernah lagi bermanja serta minta dibelikan bermacam2 merk tas serta pakaian.

0 Response to "NANGIS BACANYA !! PENYESALAN MENDALAM CINTA SUAMI YANG TUMBUH SAAT ISTRINYA TELAH TIADA !!!"

Posting Komentar